Sabtu, 31 Mei 2014

KATA PENGANTAR


Puji syukur penulis panatkan kehadirat Allah Swt. Yang telah memberikan kemudahan kepada penulis, sehingga dapat menyelseikan makalah yang berjudul  “Konsep dan Teori Berbicara”.
Sholawat dan salam semoga tercurahkan kepada pahlawan revolusi Islam yang telah membawa umat manusia dari kegelapan kepada cahaya yang terang benderang yakni baginda Nabi Muhammad Saw.
Adapun tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu syarat mata kuliah Bahasa Indonesia. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu, penulis mohon maaf apabila dalam penyusunan makalah ini masih terdapat kesalahan-kesalahan yang merupakan akibat dari kelemahan penulis semata.

                                                                                 Ciamis, 10 Maret 2014

                                                                                              Penulis



DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR .......................................................................................... i
DAFTAR ISI ........................................................................................................ ii
BAB I      PENDAHULUAN .............................................................................. 1
1.1  Latar Belakang Masalah.................................................................. 1
1.2  Rumusan Masalah .......................................................................... 1
1.3  Tujuan Penulisan ............................................................................ 1
 BAB II    PEMBAHASAN ........................................................................... .... 2
2.1  Hakikat Berbicara .......................................................................... 2
2.2  Tujuan Berbicara ............................................................................ 3
2.3  Fungsi Berbicara ............................................................................ 5
2.4  Teori Berbicara ............................................................................... 6
BAB III                                                                                                                PENUTUP                        9
3.1  Kesimpulan .................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... .. 10




BAB I

PENDAHULUAN


1.1    Latar Belakang Masalah

Kemampuan berbicara merupakan salah satu kemampuan berbahasa yang perlu dimiliki oleh seseorang, karena berbicara merupakan alat komunikasi yang sangat vital. Kemampuan berbicara sesorang akan menentukan kesuksesan kariernya. Terkadang  berbicara menjadi sebuah alat yang sangat ampuh untuk menyatukan kelompok-kelompok sosial. Akan tetapi dilain pihak, berbicara dapat pula menjadi sebuah  pemecah belah, yang dapat mempersoalkan segala perbedaan-perbedaan yang terjadi, pada setiap pandangan pemikiran yang dimilki oloeh setiap kelompok. Dengan demikian, berbicara akan menumbuhkan rasa kasih sayang dan cinta serta perdamaian pada diri seseorang. Dan berbicara dapat pula menjadi sebuah penyebab kebenciannya seseorang sehingga menyebabkan suatu permasalahan yang sangat rumit, semua itu tergantung dengan situasi dan kondisi.
Dalam hal ini, penulis hanya akan membahas tentang “Berbicara” dari segi penggunaannya saja.

1.2    Rumusan Masalah
1.      Apakah hakikat berbicara itu?
2.      Apakah tujuan-tujuan berbicara itu?
3.      Apa fungsi-fungsi berbicara?
4.      Teori-teori apakah yang terdapat dalam berbicara?

1.3    Tujuan Penulisan
1.      Untuk mengetahui hakikat berbicara
2.      Untuk mengetahui tujuan-tujuan bebicara
3.      Untuk mengetahui fungsi-fungsi berbicara
4.      Untuk mengetahui teori-teori berbicara

BAB II

PEMBAHASAN


2.1  Hakikat Berbicara

Berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi  atau mengucapkan kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan, menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan. Pendengar menerima informasi melalui rangkaian nada, tekanana, dan penempatan. Jika komunikasi berlangsung tatap muka, ditambah lagi dengan gerak tangan dan air muka (mimik) pembicara.(Dra. Maidar , dkk.1986:2.2)
Berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan atau menyampaikan pikiran,  gagasan, dan perasaan. Sebagai batasan dari batasan ini  dapat kita katakan bahwa berbicara merupakan suatu sistem tanda-tanda yang dapat didengar (audible) dan yang kelihatan (visible) yang memanfaatkan sejumlah otot dan jaringan otot tubuh manusia demi maksud dan tujuan gagasan-gagasan atau ide-ide yang dikombinasikan.(Tarigan, 2008:16)
Dengan demikian, ada dua hal penting dalam proses terjadinya bicara, yaitu proses sensoris dan motoris. Aspek sensoris meliputi: pendengaran, penglihatan, dan rasa raba yang berfungsi untuk memahami apa yang didengar, dilihat dan dirasa. Aspek motorik, yaitu: mengatur laring, alat-alat untuk artikulasi, dan laring yang bertanggung  jawab untuk pengeluaran suara.  Jadi, untuk proses bicara diperlukan koordinasi sistem saraf motoris dan sensoris.
Adapun pengertian berbicara secara lebih luas lagi yaitu suatu bentuk prilaku manusia yang memanfaatkan fakto-faktor fisik, psikologis, neurologis, semantik, dan linguistik.( Tarigan,2008:16)
Dari pengertian diatas,  jelas sekali bahwa dalam berbicara seseorang memanfaatkan empat faktor, yaitu;
1.      Faktor  fisik, yaitu alat ucap untuk menghasilkan bunyi bahasa. dengan demikian, faktor fisik yang digunakan untuk berbicara yaitu mulut.
2.      Faktor psikologis, yaitu memberikan andil yang cukup besar terhadap kelancaran berbicara.
3.       Faktor neuroogis, yaitu jaringan syaraf yang menghubungkan otak kecil dengan mulut, telinga, dan organ tubuh lainnya yang ikut dalam aktifitas berbicara.
4.      Faktor semantik, yaitu yang berhubungan dengan makna.
5.      Faktor linguistik yaitu yang berkaitan dengan struktur bahasa yang selalu berperan dalam kegiatan berbicara.
Oleh karena itulah berbicara merupakan suatu alat yang sangat penting bagi kontrol sosial, karena berbicar tidak hanya sekedar pengucapan bunyi atau kata-kata. Melainkan suatu alat untuk mengomunkasikan gagasan-gagasan yang disusun serta dikembangkan sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan sang pendengar atau penyimak.

2.2  Tujuan Berbicara

Tujuan utama dari berbicara adalah untuk berkomunikasi agar dapat menyampaikan pikiran secara efektif, supaya si pendengar dapat memahami segala sesuatu yang ingin  disampaikan oleh si pembicara. Menurt Ochs and Winker (dalam Tarigan, 2008:17), pada dasarnya, berbicara mencakup tiga tujuan umum, yaitu: memberitahukan dan melaporkan (to inform);  menjamu dan menghibur (to entertaint); membujuk, mengajak, mendesak, dan meyakinkan (to persuade). Gabungan atau campuran dari maksud-maksud itupun mungkin saja terjadi, misalnya suatu pembicaraan mungkin saja merupakan gabungan dari melaporkan dan menjamu begitu pula mungkin sekaligus menghibur dan meyakinkan.
Adapun pengertian lebih rinci dari tujuan yang telah disebutkan di atas yaitu:
1.      Memberitahukan dan melaporkan ( to inform)
Bebicara dengan tujuan ini, biasanya bersuasana serius, tertib, dan hening. Soalnya, pesan yang dibicarakan merupakan pusat perhatian, baik pembicara maupun pendengar. Dalam hal ini, pembicara harus berusaha  berbicara dengan jelas, sistematis, dan tepat mengenai isi pembicaraan yang akan disampaikan, agar apa yang akan di sampaikan  terjaga keakurtannya. Pendengarpun biasanya berusaha menangkap isi dari informasi yang di sampaikan dengan penuh kesungguhan. Contoh nya yaitu: penjelasan seorang Polisi mengenai konflik yang sedang terjadi ke khalayak umum, penjelasan seorang Presiden mengenai kenaikan BBM.
2.      Menjamu dan Menghibur (to entertaint)
3.      Membujuk, Mengajak,dan  Mendesak, (to persuade)
Berbicara dengan tujuan ini, biasanya bersuasana serius, kadang-kadang terasa kaku, karena pembicara mempunyai kedudukan yang lebih tinggi dari pendengarnya. Si pembicara biasanya memberikan masukan atau motivasi kepada pendengar dengan dilandasi kasih sayang, kebutuhan, harapan, serta memberikan inspirasi agar pendengar mampu melakukan segala apa yang disampaikan pembicara. Contohnya yaitu: Nasehat seorang Pemimmpin perusahaan kepada Karyawan-karyawannya, agar mereka mampu meningkatkan pendapatan Perusahaan lebih tinggi. Serta nasehat seorang Guru kepada Siswanya yang malas mengerjakan tugas.
4.      Meyakinkan
Berbicara meyakinkan bertujuan meyakinkan pendengarnya. Pembicara berusaha mengubah sikap pendengarnya dari tidak setuju menjadi setuju, dari tidak simpati menjadi simpati, dan sebagainya. Dalam pembicaraan itu, pembicara harus melandaskan pembicaraannya kepada argumentasi yang nalar, logis, masuk akal, dan dapat dipertanggung jawabkan dari segala segi. Contohnya: pidato seorang caleg kepada masyarakat tertentu, agar masyarakat dapat memilihnya sebagai anggota legislatif.

2.3  Fungsi Berbicara

Fungsi umumm berbicara adalah sebagai alat komunikasi sosial. Berbicara erat kaitannya dengan kehidupan manusia, dan setiap manusia menjadi anggota masyarakat. Aktivitas sebagai anggota masyarakat sangat tergantung pada penggunaan tutur kata masyarakat setempat. Gagasan, ide, pemikiran, harapan dan keinginan disampaikan dengan berbicara. Aksi manusia dalam kelompok masyarakat tergantung pada tutur kata yang digunakan, karena keselamatan orang itu ada pada pembicaraannya.
Adapun menurut Halliday dan Brown (dalam Tarigan, 2008:12-15), fungsi berbicara dapat dikelompokan menjadi tujuh, yaitu:
1.      Fungsi instrumental, yaitu bertindak untuk menggerakan serta memanipulasikan lingkungan, menyebabkan peristiwa-peristiwa tertentu terjadi. Dengan fungsi ini, bahasa yang diucapkan menimbulkan suatu kondisi khusus. Sebagai contoh fungsi ini adalah, ketika seorang atasan memberikan nasiha-nasihat, perintah-perintah, serta larangan-larangan kepada bawahannya.
2.      Fungsi regulasi atau pengaturan, yaitu pengawasan kepada peristiwa-peristiwa. melalui ini, berbicara difungsikan untuk persetujuan, celaan, pengawasan kelakuan. Sebagai contoh, adalah keputusan seorang pengusaha yang memecat karyawannya, karena sering terlambat datang.
3.      Fungsi representasional merupakan penggunaan bahasa untuk membuat pernyataan-pernyataan, menyampaikan fakta dan pengetahuan, menjelaskan, melaporkan, dan menggambarkan.sebagai contoh, seorang Penyiar yang menyampaikan berita gunung meletus. Seorang Guru yang mendeskripsikan tentang suatu benda kepada murid-muridnya.
4.      Fungsi intraksional merupakan penggunaan bahasa untuk menjamin pemeliharaan sosial. Fungsi ini untuk menjaga agar saluran-saluran komunikasi tetap terbuka. Sebagai contoh, seorang Guru yang memberikan permainan, agar Siswanya tidak merasa bosan dengan pelajaran yang disampaikan.
5.      Fungsi personal merupakan penggunaan bahasa untuk menyatakan  perasaan, emosi, kepribadian, dan reaksi-reaksi yang terkandung dalam benaknya. Sebagai contoh, Orang tua yang memarhi Anaknya karena tidak melaksanakan pekerjaan Rumah dengan baik.
6.      Fungsi heuristik merupakan penggunaan bahasa untuk mendapatkan pengetahuan, mempelajari lingkungan. Fungsi ini sering disampaikan dalam pertanyaan-pertanyaan. Sebagai contoh, seorang mahasiswa yang bertanya kepada dosennya tenteang hal yang belum dipahami ketika dosen sedang menerangkan.
7.      Fungsi nimajinatif merupakan penggunaan bahasa untuk menciptakan sistem-sistem atu gagasan-gagasan imajiner. Sebagai contoh, seorang Ibu yang mendongeng kepada Anaknya, tentang cerita Sangkuriang atau  Malinkundang.

2.4  Teori Berbicara

Teori Berbicara Komunikatif
Seseorang dikatakan terampil berbicara apabila ia memiliki kompetensi komunikatif. Hymes mengajukan sebuah gagasan kompetensi komunikatif sebagai alternatif terhadap kompetensi linguistik Chomsky. Kompetensi komunikatif mencakup kompetensi linguistik tetapi juga mencakup sejumlah keterampilan sosiolinguistik dan percakapan lainnya yang memungkinkan pembicara untuk mengetahui bagaimana cara mengatakan apa kepada siapa, dan kapan.
Pembelajaran bahasa seharusnya mampu meningkatkan tujuan komunkatif. Oleh karena itu, berbicara seharusnya diajarkan melalui aktifitas yang komunmikatif, seperti: percakapan, permainan, bermain peran, debat, atau diskusi. Berikut ini contoh aktivitas-akivitas yang mendukung teori pembelajaran berbicara komunikatif.


1.       Pair-share (berpasangan lalu berbagi)
Aktivitas model ini terdiri dari dua orang. Secara berpasangan siswa dan siswi, siswa dan siswa, atau siswi dan siswi diajak untuk berbagi ide atau bereksplorasi menjawab pertanyaan. Tipe grup seperti ini berguna saat melatih mereka untuk berbicara dan belajar mendengarkan orang lain.  Tipe  tugas yang cocok utuk kelompok ini adalah bertukar pikiran mengenai pengalaman pribadi yang ada kaitannya dengan pelajaran yang disampaikan, berbagai pengalaman pribadi saat mengunjugi tempat wisata, memeriksa pekerjaan teman.
Keuntungan dari tipe pengelompokan jenis ini adalah; siswa dan siswi memiliki banyak kesempatan untuk berbagi dengan rekan satu kelompoknya  dengan leluasa tanpa khawatir oleh gangguan yang biasanya terjadi dalam kelompok yang besar. Dengan kelompok yang terdiri dari dua orang, siswa dan siswi dengan kemampuan interpersonal yang sedikit akan merasa nyaman.
2.       jigsaw
Dalam kelompok  jigsaw ini siswa dan siswi melakukan dua fungsi sebagai orang yang meneliti (kelompok peneliti) atau mencari jawaban kemudian setelah mendapatkan jawaban dari pertanyaan kemudian berubah menjadi orang yang mengajarkan (kelompok ahli). Tipe kelompok jenis ini akan berfungsi dengan baik apabila guru mempunyai empat atau lima bagian dari sebuah topik untuk diteliti atau dikaji.
Keuntungan dari pengelompokan jenis ini adalah dengan memberi Siswa dan Siswi tanggung  jawab untuk mengajarkan dan belajar pada saat bersamaan, mereka sudah memperbaharui kemempuan mereka dalam mengajar dan meneliti (mencari jawaban). Kemampuan belajar mereka akan terasah dengan model ini.
3.      Split_class discussion
Guru membagi kelas menjadi dua kelompok atau lebih, (bisa di campur atau sejenis) untuk melakukan diskusi. Topik diskusi harus benar-benar menarik agar siswa dan siswi antusias. Siapkan suatu benda misalnya pulpen, penggaris atau lain sebagainnya. Kemudian benda tersebut harus diestafetkan ke setiap siswa sambil menyanyikan sebuah lagu yang bertempokan cepat, apabila seorang siswa menjatuhkan atau memegang terlalu lama benda tersebut, maka siswa itulah yang harus berbicara mengenai soal yang diberikan Guru.
Keuntungan dari tipe pengelompokan jenis ini adalah: seluruh anggota kelas baik laki-laki maupun perempuan dapat mendengar sudut pandang yang berbeda. Saat mendengarkan orang lain berbicara baik siswa maupun siswi biasanya langsung mengubah pendiriannya atau membuat pendapatnya menjadi lebih tajam dan komprehensif.
4.       Retrorika dan Berbicara Efektif
Retrorika adalah suatu bidang ilmu yang mempelajari atau mempersoalkan tentang bagaimana cara berbicara yang mempunyai daya tarik yang mempesona, sehingga orang yang mendengarkannya dapat mengerti dan tergugah perasaannya. Retrorika memberi penekanan kepada kemampuan menggunakan bahasa lisan (berbicara) yang baik dengan memberikan sentuhan gaya (seni) dalam penyampaiannya dengan tujuan untuk memikat/menggugah hati pendengarnya dan mengerti serta memahami pesan yang disampaikannya.
Di samping memiliki retrorika yang baik, pembicara juga perlu menguasai apa yang disebut berbicara yang efektif. Berbicara efektif merupakan sarana penyampaian ide kepada orang atau khalayak secara lisan dengan cara yang mudah dicerna dan dimengerti oleh pendengarnya. Hal itu dapat terjadi jika pembicaraannya sistematis, benar, tepat dan tidak berbelit-belit  dengan penggunaan bahasa yang baik dan benar. Pada dasarnya, berbicara efektif pada kesempatan apapun terdiri atas tiga unsur yaitu: pembukaan, isi atau permasalahan, dan penutup.





BAB III

PENUTUP


3.1  Kesimpulan

1.      Berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan atau menyampaikan pikiran,  gagasan, dan perasaan. Sebagai batasan dari batasan ini  dapat kita katakan bahwa berbicara merupakan suatu sistem tanda-tanda yang dapat didengar (audible) dan yang kelihatan (visible) yang memanfaatkan sejumlah otot dan  jaringan otot tubuh manusia demi maksud dan tujuan gagasan-gagasan atau ide-ide yang dikombinasikan.(Tarigan,2008:16)
2.      Tujuan berbicara yaitu:
a.     Memberitahukan dan melaporkan (to inform)
b.     Menjamu dan menghibur (to entertaint)
c.     Membujuk, mengajak, mendesak, dan meyakinkan (to persuade).
3.      Fungsi berbicara yaitu:
a.     Fungsi instrumental
b.     Fungsi pengaturan
c.     Fungsi represantisonal
d.    Fungsi interaksional
e.     Fungsi personal
f.      Fungsi heuristik
g.     Fungsi imajinatif

4.      Teori Berbicara yaitu:
Teori Berbicara Komunikatif, meliputi:
a.     Pair-share (berpapasan lalu berbagi)
b.      Jigsaw
c.     Split-class discussion
d.     Retrorika dan Berbicara efektif


DAFTAR PUSTAKA

Tarigan, Henry Guntur.2008.”Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa”.Bandung.Angkasa

Dra.Maidar, dkk. 1986.”Berbicara II”. Jakarta. Karunika